Tak hanya dikenal memiliki pesona wisata yang memukau, Jogja juga merupakan daerah yang sarat akan sejarah. Hal ini bisa dibuktikan dengan banyaknya objek wisata sejarah seperti museum, serta bangunan-bangunan klasik yang merupakan peninggalan Kerajaan Mataram hingga Belanda. Salah satunya adalah Museum Benteng Vredeburg yang hingga kini masih berdiri kokoh dijantung Kota Yogyakarta.
Museum Benteng Vredeburg merupakan saksi bisu adanya Pemerintahan Kolonial Belanda di Republik tercinta ini. Benteng yang kurang lebih berusia 250 tahun ini juga menjadi salah satu ikon Kota Jogja, dan masih bisa dinikmati keindahannya. Menganut gaya arsitektur ala Eropa, benteng yang pernah beberapa kali beralih fungsi ini, menjadi destinasi wajib bila berkunjung ke Jogja.
Secara administratif, Museum Benteng Vredeburg berada pada Jalan Ahmad Yani (Margo Mulyo) No. 6 , Kecamatan Gondomanan, Kota Yogyakarta, Provinsi Yogyakarta. Lokasinya yang berada dipusat Kota Yogya membuat wisatawan sangat mudah untuk mengjangkau tempat wisata ini.
Wisatawan dapat dengan leluasa menggunakan kendaraan pribadi layaknya mobil dan motor, atau menggunakan kendaraan umum yang tersedia di Jogja. Terdapat pilihan seperti transjogja, angkot, bus, ojek, dan masih banyak lagi. Selain itu, anda juga bisa menggunakan becak jika ingin bersantai sambil menikmati suasana Kota Jogja.
Dalam perjalanannya, bangunan museum ini diselimuti sejarah serta kisah-kisah yang menarik untuk disimak. Selain itu, benteng tersebut juga pernah mengalami kerusakan akibat gempa bumi serta serangan musuh yang menghancurkan sebagian besar bangunan didalamnya. Sehingga harus dilakukan renovasi dan pemugaran agar keindahan Benteng Vredeburg tetap terjaga.
Sejarah Museum Benteng Vredeburg
Berdirinya Benteng Vredeburg sangat erat hubungannya dengan Kasultanan Yogyakarta. VOC berhasil menghasut dan memecah belah Kesultanan Mataram menjadi dua. Sengketa yang terjadi antara Pangeran Mangkubumi yang kelak bergeler Sri Sultan Hamengku Buwono I dan Susuhunan Pakubuwono III ini menghasilkan Perjanjian Giyanti, serta menjadi awal berdirinya Kesultanan Yogyakarta.
Setelah berdirinya Kesultanan Yogyakarta, pihak Belanda khawatir dengan perkembangan kraton yang kala itu tumbuh dengan pesat. Didalam ketakutan Belanda ini, muncul sebuah ide untuk membangun sebuah benteng di dekat Kraton. Akhirnya pihak Belanda meminta izin kepada Sultan untuk membuat benteng dengan alasan agar bisa melindungi Kraton dan daerah sekitarnya.
Karena pengaruh Belanda yang sangat kuat didalam perjanjian politik dengan pemimpin-pemimpin pribumi, akhirnya Sri Sultan Hamengku Buwono pun mengabulkan permintaan Belanda tersebut. Padahal alasan sesungguhnya pembangunan benteng tersebut, Belanda ingin mengontrol setiap perkembangan yang ada pada Kraton Yogyakarta.
Jaraknya yang sangat dekat dengan Kraton, dan menghadap ke jalan utama menjadikan benteng ini merupakan tempat yang strategis bagi Belanda untuk memantau pihak Kraton apabila membelot dari Belanda. Tempat ini juga sangat strategis, jika Belanda ingin melakukan serangan kepada Kraton Yogyakarta.
Pembangunan dari Museum Benteng Vredeburg sendiri dilakukan pada tahun 1760. Pada awalnya, bangunan dari benteng ini sangat sederhana. Berbentuk bujur sangkar, dengan dinding yang hanya diperkuat oleh kayu dari pohon kelapa dan aren. Bangunan didalamnya pun masih sangat sederhana, hanya terbuat dari bambun serta beratapkan dedaunan ilalang. Pada setiap sudut benteng, dilengkapi dengan tempat penjagaan yang disebut dengan bastion.
Berselang 5 tahun kemudian, pada tahun 1765 pihak Belanda meminta agar bangunan dari benteng tersebut diperbaiki menjadi bangunan permanen dengan dalih untuk memperkuat penjagaan Kraton. Gagasan tersebut akhirnya disetujui Sultan, dengan ditunjuknya Ir. Frans Haak sebagai pengawas dalam proses pembangunan Benteng Vredeburg pada tahun 1767.
Proses pembangunan benteng sendiri berjalan dengan lambat, dan baru selesai pada tahun 1787. Hal tersebut dikarenakan Sri Sultan Hamengku Buwono I yang kala itu menanggung seluruh biaya pembangunan Museum Benteng Vredeburg juga tengah membangun Kraton Yogyakarta. Setelah pembangunan selesai, benteng tersebut diberi nama dengan Benteng Rustenburg yang secara harfiah dapat diartikan sebagai Benteng Peristirahatan.
Museum Benteng Vredeburg dari Masa ke Masa
Setelah proses pembangunan selesai, benteng tersebut digunakan oleh Pemerintah Belanda. Walaupun status kepemilikian tanah masih merupakan aset Kesultanan Yogyakarta, namun secara de facto benteng tersebut dikuasai oleh Belanda. Penguasaan Pemerintah Belanda ini berlangsung hingga tahun 1811 sampai akhirnya berpindah tangan ke Inggris hingga tahun 1816.
Museum Benteng Vredeburg, dulunya merupakan bangunan dengan luas kurang lebih 2100 meter persegi. Dilengkapi dengan menara bastion yang digunakan sebagai tempat pengintaian dan penjagaan di daerah sekitar benteng. Pintu gerbang dari benteng ini menghadap ke arah barat, serta dilengkapi dengan bangunan-bangunan seperti rumah perwira, gudang mesiu, rumah sakit, gudang logistic dan masih banyak lagi.
Selain itu, benteng ini juga dilengkapi dengan parit yang mengelilingi bangunan untuk mempersulit musuh yang ingin menguasai benteng tersebut. Tak hanya itu, Benteng Vredeburg juga sering digunakan sebagai tempat berlindung bagi para pejabat Belanda yang bertugas di Yogyakarta.
Setelah Inggris meninggalkan Indonesia, Belanda kembali mengambil alih benteng tersebut. Pada tahun 1867, Yogyakarta diterjang dengan gempa bumi dasyat yang menghancurkan sebagian besar bangunan yang ada didalam benteng tersebut. Dilakukanlah pembenahan dan renovasi besar untuk mengembalikan kondisi benteng seperti sedia kala. Setelah renovasi selesai, benteng ini berganti nama dari Rostenburg menjadi Vredeburg yang dapat diartikan “Benteng Perdamaian”.
Ketika Jepang Menjajah Indonesia
Setelah Belanda menyerah tanpa syarat pada Jepang yang di tandai dengan Perjanjian Kalijati, Benteng Vredeburg pun diambil. Jepang menggunakan benteng ini sebagai pusat kekuatan yang dilengkapi dengan tentara Jepang yang terkenal akan kekejamannya. Tak hanya itu, Benteng Vredeburg juga digunakan sebagai tempat penahanan bagi tawanan Belanda, serta pribumi yang menentang Jepang.
Untuk memperkuat sektor militer, Jepang mendatangkan berbagai senjata serta alutsista dari Semarang. Benteng dijadikan sebagai tempat penyimpanan sementara, sebelum senjata-senjata tersebut didistribusikan ke berbagai daerah di Yogyakarta. Jepang juga melengkapi benteng dengan gudang mesiu pada setiap sudut benteng.
Masa Kemerdekaan Indonesia
Setelah Indonesia mengumumkan proklamasi kemerdakaan, nyatanya pasukan Jepang yang berada di Yogyakarta tak lantas menyerah begitu saja. Sempat terjadi beberapa kontak senjata ketika rakyat pribumi berusaha untuk mengambil alih bangunan-bangunan yang diduduki Jepang salah satunya adalah Benteng Vredeburg.
Benteng Vredeburg pun akhirnya bisa dikuasai oleh rakyat Yogyakarta, dan digunakan sebagai markas dan asrama militer. Benteng ini juga menjadi gudang persenjataan, mesiu serta perbekalan yang berhubungan dengan militer. Dibangun pula rumah sakit di dalam benteng sebagai bentuk pelayanan terhadap tentara dan masyarakat korban peperangan.
Ketika Belanda melancarkan Agresi Militer II pada tahun 1949, Benteng Vredeburg menjadi target utama pengeboman pesawat-pesawat tempur Belanda. Akhirnya Belanda bisa menguasai kembali benteng tersebut, dan dijadikan sebagai gudang senjata dan tempat penyimpanan kendaraan tempur seperti tank, panser dan alutsista berat lainnya.
Setelah Belanda mundur dari Yogyakarta, sempat muncul sebuah gagasan dari Ki Hajar Dewantara agar menjadikan Benteng Vredeburg sebagai sebuah cagar budaya karena memiliki nilai historis tinggi. Namun usulan tersebut terhalang karena adanya kasus G30S PKI dan baru terwujud di tahun 1976 setelah diadakan studi dan pemugaran tentang benteng tersebut.
Akhirnya setelah mengalami proses yang cukup panjang, benteng tersebut diresmikan sebagai museum oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Dr. Fuad Hasan pada tanggal 23 November 1992 dengan nama baru yaitu Museum Benteng Yogyakarta. Museum Benteng Vredeburg juga mendapatkan beberapa benda koleksi yang didapat dari sumbangan Museum Sonobudoyo.
Pesona Museum Benteng Vredeburg
Selain memiliki nilai historis yang tinggi, Museum Benteng Vredeburg juga memiliki pesona yang sayang untuk dilewatkan. Rasanya, tak lengkap jika ketika berkunjung ke Jogja, namun tak menyempatkan diri untuk berkunjung di museum tersebut. Museum ini memiliki keindahan yang terletak pada arsitektur bangunan khas Eropa yang dapat ditemukan di beberapa bagian bangunan.
Sebelum memasuki museum wisatawan dapat melihat sebuah monunem Serangan Umum Satu Maret yang letaknya tak jauh dari pintu masuk museum. Sebelum memasuki pintu gerbang utama, pengunjung akan melewati parit yang dulu merupakan sistem pertahanan terluar benteng. Dulunya parit ini memiliki jembatan gantung, namun kini telah berubah menjadi jembatan permanen setelah dilakukan renovasi.
Ketika tiba di lokasi museum, wisatawan akan langsung disambut dengan dua buah patung yang letaknya tak jauh dari pintiu gerbang. Kedua patung tersebut merupakan patung replika dari Jendral Soedirman dan Urip Sumohardjo. Di belakang kedua patung pahlawan Indonesia ini, terdapat meriam kuno yang kini sudah tak digunakan lagi.
Memasuki ke dalam ruangan bangunan, terdapat museum yang dilengkapi dengan diorama-diorama yang dapat dikategorikan menjadi 4 bagian. Diorama-diorama tersebut dikemas secara menarik, dan dipajang pada etalase kaca di dinding bangunan museum. Pada bangunan yang kini menjadi Diorama 1, konon dulu merupakan tempat tinggal bagi para perwira dan prajurit.
Pada Diorama 1 ini, diorama yang berada didalamnya menceritakan tentang kisah Perang Diponegoro hingga pasukan Jepang yang memasuki wilayah Yogyakarta. Sedangkan Diorama 2 dulu diperkirakan digunakan sebagai tempat tinggal bagi komandan dan perwira tinggi. Kini wisatawan dapat melihat koleksi diorama-diorama tentang proklamasi kemerdekaan Indonesia hingga Agresi Militer Belanda I diruangan tersebut.
Sedangkan pada ruang Diorama 3, wisatawan akan dibawa untuk mengingat peristiwa-peristiwa bersejarah seperti Perjanjian Renville hingga dibentuknya Republik Indonesia Serikat (RIS). Pada ruang diorama terakhir, pengunjung bisa melihat diorama seputar dibentuknya NKRI hingga masa orde baru. Disini juga terdapat koleksi kuno seperti benda-benda besejarah, foto-foto, dan lukisan tentang perjuangan bangsa Indonesia untuk meraih kemerdekaan.
Fasilitas Museum Benteng Vredeburg
Museum Benteng Vredeburg dikelola dengan sangat baik sehingga memiliki fasilitas yang cukup memadai. Terdapat area parkir luas yang terletak di dekat gerbang utama, serta toilet dan mushola yang bisa digunakan wisatawan muslim untuk beribadah.
Museum ini juga dilengkapi dengan perpustakaan yang menyimpan tak kurang dari 5000 buku yang terdiri dari buku sejarah, buku agama, ilmu sosial, serta buku tentang kebudayaan. Perpustakaan ini dapat dimanfaatkan masyarakat umum sebagai tempat mencari referensi secara gratis. Cukup dengan mendaftar sebagai anggota perpustakaan, sudah bisa meminjam buku yang ada diperpustakaan museum.
Baca Juga: Taman Sari, Pesona Istana Air dan Masjid Bawah Tanah di Jogja
Usai melihat koleksi benda bersejarah yang ada dimuseum, wisatawan bisa bersantai di Indische Café yang dulunya merupakan gedung barak prajurit. Café ini didesain dengan konsep tempo dulu, yang seakan mengajak wisatawan kembali ke masa lampau. Sambil menikmati minuman atau makanan, wisatawan bisa merasakan nuansa klasik dan elegan yang ditawarkan Indische Café.
Tak hanya itu, disini juga disediakan fasilitas wifi gratis yang dapat digunakan oleh wisatawan. Terdapat pula ruang pertunjukan, pertemuan, serta audio visual yang digunakan untuk pemutaran film. Bagi wisatawan yang ingin menginap, bisa mencari hotel yang bertebaran disekitar Malioboro. Terdapat berbagai penginapan seperti hotel hingga homestay dengan tarif yang bervariatif.
Berkunjung ke Museum Benteng Vredeburg menghadirkan pengalaman tersendiri serta dapat menambah wawasan pengunjung tentang sejarah Indonesia. Berikut kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan wisatawan di museum tersebut.
Wisata Sejarah
Jika kamu pecinta wisata sejarah, maka Museum Benteng Vredeburg merupakan tempat yang cocok untuk mengisi waktu liburanmu. Disini kamu akan disajikan dengan koleksi diorama-diorama yang mengisahkan tentang sejarah Indonesia mulai dari Perang Diponegoro hingga masa Orde Baru. Selain itu kamu juga bisa menemukan koleksi benda-benda bersejarah lainnya di museum ini.
Selain itu, kamu juga bisa menikmati keindahan benteng yang merupakan bagian dari sejarah Indonesia ini. Benteng yang berusia kurang lebih 250 tahun ini, memiliki keindahan arsitektur dibeberapa bagian yang mengadopsi gaya arsitektur Eropa seperti Portugis dan Belanda. Walaupun sempat diguncang gempa dan rusak akibat serangan musuh, Benteng Vredeburg tetap berdiri kokoh dan menjadi salah satu ikon Yogyakarta yang wajib dikunjungi.
Menonton Film di Bioskop Museum
Jika berkunjung ke Museum Benteng Vredeburg kamu juga bisa nonton film yang diputar di ruang audio visual. Pemutaran film ini tidak dikenakan biaya bagi pengunjung museum, serta sebagai media untuk pembelajaran wisatawan dalam mengenal dan memahami nilai-nilai sejarah dan budaya Indonesia. Film-film yang diputar juga merupakan film edukasi bertema sejarah, budaya dan dokumenter.
Kamu bisa menonton film di museum ini pada setiap hari Jum’at pukul 13.00 dan setiap hari Minggu pada minggu ke 2, 3, dan 4 disetiap bulannya pukul 10.00 – 15.00 WIB. Digunakannya pemutaran film sebagai media edukasi merupakan inovasi baru yang dilakukan pengelola, agar lebih menarik dan tidak membosankan bagi remaja dan anak kecil.
Hunting Foto
Selain berwisata sejarah dan nonton film, kamu juga bisa berburu foto di Museum Benteng Vredeburg. Di museum ini, terdapat objek-objek menarik yang bisa kamu bidik dengan kamera foto. Bangunan-bangunan kuno dengan nilai historis tinggi tentu merupakan salah satu objek yang harus kamu abadikan.
Bernarsis ria di Benteng Vredeburg juga tak ada salahnya, dengan background bangunan berarsitektur khas Eropa tentu akan menjadikan fotomu terkesan klasik dan anti mainstream. Banyak pula pasangan yang menjadikan tempat ini sebagai backgroud untuk berfoto prewedding, tak aneh memang mengingat Benteng Vredeburg memiliki pesona yang sulit untuk diingkari.
Jam Buka dan Harga Tiket Masuk Museum Benteng Vredeburg
Museum Benteng Vredeburg dibuka untuk umum pada hari Selasa – Kamis mulai pukul 07.30 sampai 16.00 WIB. Sedangkan pada hari Jum’at dan Sabtu buka pukul 07.30 – 16.30 WIB. Namun museum tidak buka pada hari Senin dan hari libur nasional kecuali pada Hari Raya Idul Fitri.
Untuk memasuki museum, wisatawan dikenakan biaya tiket masuk sebesar Rp. 3.000 per orang dewasa dan Rp. 2.000 untuk anak-anak. Untuk wisatawan mancanegara dikenakan biaya lebih tinggi yaitu Rp. 10.000. Jika datang dengan rombongan, pengelola akan memberi diskon sebesar 50% untuk rombongan minimal 20 orang.
Peta Lokasi Museum Benteng Vredeburg
Tips Berwisata di Museum Benteng Vredeburg
- Datanglah pada jadwal yang ditentukan jika ingin menonton film di bioskop museum.
- Tetaplah jaga kelestarian bangunan dan koleksi museum.
- Jangan membuang sampah sembarang dan merusak koleksi yang ada di museum.
- Dilarang merokok dan membawa makanan ketika berada di dalam museum.
Galeri Foto Museum Benteng Vredeburg